Rabu, 17 Juni 2015

Wisata Halal; Prospek Baru Wisata Lombok

Oleh: Husnul Aqib
A.    Pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu pendulang utama pertumbuhan perekonomian Pulau Lombok. Kenyataan tersebut wajar saja adanya mengingat anugerah keindahan alam Pulau Lombok yang sangat memukau. Anugerah tersebut menarik ketertarikan para pelancong dari berbagai penjuru untuk datang merengkuh sedikit kenikmatan hidup melalui pelesiran.
Keindahan alam Pulau Lombok terpampang pada pesona lautan, garis pantai, keindahan bawah laut, pesona pegunungan terutama Gunung Rinjani, perbukitan, air terjun, sungai, daerah pedesaan, hutan, dan lain sebagainya. Di samping itu, keindahan alam itu didukung oleh penduduknya yang ramah, bersahabat, dan terbuka, dengan praktik-praktik tradisi dan adat istiadat yang unik dan beragam. Gambaran-gambaran tersebut menjadi jaminan bagi para wisatawan untuk mendapatkan pengalaman berwisata yang menggairahkan serta menyenangkan.
Pariwisata Lombok memenuhi segala aspek untuk tumbuh menjadi salah satu destinasi penting dalam bisnis pariwisata. Beberapa waktu yang lalu, Pulau Lombok mendapatkan penghargaan dalam bidang pariwisata pada ajang World Halal Travel Award 2015 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dalam ajang tersebut, Lombok menggondol prestasi prestisius pada dua kategori, yakni The Best Halal Destination Award 2015 dan The Best Halal Destination Honeymoon Award 2015. Prestasi tersebut membuka kesempatan besar bagi daerah ini untuk mengembangkan bisnis pariwisata dengan mengusung konsep pariwisata ramah bagi masyarakat Muslim, dan kesempatan tersebut membawa peluang besar untuk menjadi destinasi wisata halal utama di dunia.
Lombok memang sudah selayaknya mengembangkan konsep halal dalam sektor pariwisatanya, mengingat mayoritas penduduknya beragama Islam. Di sisi lain, hubungan kebudayaan antara masyarakat Lombok dan negara-negara di dunia Islam khususnya Timur Tengah sudah terjalin lama melalui pendidikan dan perjalanan ibadah. Masyarakat Lombok telah lama menjadikan negara-negara Islam di Timur Tengah sebagai tujuan menuntut ilmu.
Halal tourism atau wisata halal dapat menjadi brand market yang menjanjikan dalam pengembangan bisnis pariwisata Lombok. Dalam sektor pariwisata, brand market turut menentukan pertumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata, karena brand market dapat menentukan pilihan perjalanan para wisatawan. Brand tersebut juga akan menjadi pembeda dalam persaingan  pasar pariwisata, baik di tingkat internasional maupun antar daerah. Misalnya, wisata halal akan menjadi kekuatan dan kelebihan wisata Lombok dalam persaingannya dengan pariwisata Bali. Pariwisata Lombok akan sulit bersaing dalam menarik kunjungan wisatawan dengan pariwisata Bali apabila konsep pengembangan pariwisata yang diusungnya berfokus pada pariwisata konvensional dengan pangsa pasar wisatawan-wisatawan Barat. Dalam setiap sektor, pariwisata Bali lebih berkembang dibandingkan pariwisata Lombok dalam bisnis pariwisata konvensional. Oleh karena itu, wisata halal adalah strategi pasar yang menguntungkan bagi kegiatan bisnis pariwisata Lombok.
Konsep wisata halal tengah menjadi buah bibir di dunia pariwisata. Meski demikian, di masyarakat umum varian pariwisata ini belum dipahami secara baik. Misalnya, istilah tersebut dianggap sebagai hasrat islamisasi segala aspek kehidupan yang didahului dengan islamisasi perbankang, pengobatan, pakaian, dan saat ini termasuk pariwisata. Dalam konteks pariwisata, terdapat prasangka bahwa konsep halal atau islami akan meredupkan geliat bisnis pariwisata. Pariwisata dipahami sebagai kegiatan bersenang-senang (pleasur activity) yang tidak bisa dikaitkan dengan aspek keagamaan.
Tulisan ini mencoba menjelaskan mengenai konteks dan situasi seperti apa yang melatari konsep wisata halal berkembang populer dalam bisnis pariwisata. Selanjutnya akan dibahas mengenai prospek pariwisata ini bagi pertumbuhan aktivitas bisnis pariwisata Lombok serta beberapa langkah yang harus dilakukan stakeholder pariwisata untuk mendukung wisata halal tersebut.
B.     Perkembangan Wisata Dunia dan Prospek Wisata Halal
Arah perkembangan globalisasi dunia berpengaruh besar pada pertumbuhan dunia wisata. Saat ini, dunia tengah memasuki gelombang ketiga globalisasi yang ditandai dengan persebaran penduduk-penduduk negara dari berbagai penjuru ke bagian dunia lain. Perkembangan tersebut dimungkinkan oleh perkembangan teknologi transportasi yang menciutkan batas-batas spasial. Persebaran-persebaran penduduk tersebut tidak sebatas dalam arti migrasi, kunjungan kerja, kegiatan bisnis, serta urusan pendidikan, namun yang juga besar artinya pada kemungkinan orang-orang dari berbagai penjuru negara untuk mengunjungi belahan dunia lain untuk berwisata. Oleh karena itu, salah satu karakter dari gelombang ketiga globalisasi dunia adalah pariwisata. (Crist Barker, 2005)
Kemungkinan-kemungkinan tersebut ditunjang oleh beberapa faktor. Seperti telah disebutkan di atas, kemajuan transfortasi terutama transportasi penerbangan tentu saja mempermudah dan mempercepat perpindahan para wisatawan untuk mengunjungi berbagai destinasi bahkan di daerah-daerah terpencil. Perubahan-perubahan hubungan antarnegara yang semakin terbuka mendobrak batasan-batasan negara sehingga melapangkan perpindahan wisatawan dari satu destinasi ke destinasi yang lain. Hari ini tidak ada ketentuan pembatasan perjalanan bagi seseorang selama untuk tujuan-tujuan legal ke berbagai belahan dunia. Kebijakan-kebijakan negara untuk menggat kunjungan wisatawan melalui promosi besar-besaran dan ketentuan bebas visa untuk beberapa negara membuat destinasi-destinasi wisata terbuka untuk dikunjungi.
Pencarian-pencarian kesenangan, kesempatan menikmati keindahan, mencecap kenikmatan di satu belahan dunia tertentu dan mengunjungi destinasi-destinasi wisata di berbagai tempat terbuka lebar bagi siapa pun. Persaingan memperebutkan pasar wisatawan dunia akan semakin terbuka di antara daerah-daerah destinasi pariwisata. Hal ini membawa pengaruh besar pada dunia wisata yang semakin hari semakin menggeliat sebagai salah satu industri hiburan.
Salah satu sumber wisatawan atau juga dapat disebut sebagai investor konsumen dalam industri pariwisata adalah wisatawan Muslim. Mereka adalah pangsa pasar industry pariwisata yang sangat prospektif, baik secara jumlah kunjungan maupun jumlah pengeluaran yang mereka belanjakan dalam kegiatan berwisata. Namun, ada perlakuan berbeda yang dibutuhkan dalam pelayanan terhadap wisatan Muslim. Atribut-atribut keagamaan yang melekat pada diri mereka, beserta ketentuan-ketentuan agama yang berpengaruh pada kegiatan wisata mereka menimbulkan suatu tuntutan special dalam industry pariwisata. Dalam hal ini, muncullah kemudian istilah atau konsep wisata halal atau dapat pula disebut wisata syari’ah atau wisata Islam yang didesign khusus untuk memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim. (Piangpist Sriprasert, 2014)
Pariwisata halal adalah produk baru dalam industry pariwisata. Pasar wisata ini menawarkan prospektif besar dalam bisnis pariwisata. Hal ini mengingat populasi Muslim tumbuh dan berkembang cepat di seluruh dunia, sehingga terdapat kebutuhan untuk menggaet para turis dari berbagai sektor, dalam hal ini wisatawan Muslim.
Tidak ada definisi spesifik tentang wisata halal. Konsep ini terutama terkait dengan produk wisata yang menyediakan layanan perhotelan yang sesuai dengan hukum-hukum Islam. Sebagai contoh, pelayanan hotel halal tidak menawarkan minuman beralkohol, menyediakan makanan halal bersertifikat, fasilitas kesehatan bagi perempuan, ruang ibadah, dan secara umum lingkungan yang ramah bagi umat Muslim.
Popularitas wisata halal memiliki kaitan terbalik dengan sisi negatif pariwisata konvensional. Di antara beberapa isu yang mempunyai dampak negatif bagi masyarakat Muslim adalah konsumsi alkohol, prostitusi, seks bebas, percintaan di tempat-tempat umum, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan pantangan dasar dalam tradisi Islam karena secara tegas dilarang dalam kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad.
Wisata halal juga semakin penting artinya dalam menggaet wisatawan Muslim karena atribut-atribut agama sangat mempengaruhi pilihan tujuan wisata mereka. Wisatawan-wisatawan Muslim dari teluk Arab terkenal sangat kuat memegang ketentuan-ketentuan agama. Umat Islam memang dituntut untuk mengikuti ajaran Islam yang secara langsung dan tidak langsung berdampak pada keputusan mereka mengenai peluang dan rencana tujuan wisata. Dengan asumsi bahwa agama mempengaruhi tujuan wisata wisatawan Muslim, maka penting untuk memastikan bahwa ketentuan-ketentuan Islam dalam pelayanan wisata terpenuhi. Hal ini dapat memberikan kepuasan wisatawan dan mendorong kunjungan kembali. (Mohammed Batour dkk, 2010)
Faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan wisata halal adalah perubahan sosial politik di Amerika Serikat dan Eropa pasca serangan 11 September. Disebabkan fobia yang diekspresikan dalam kebijakan-kebijakan pemerintah dan tatapan masyarakat terhadap pendatang yang beragama Islam terlebih dari bangsa-bangsa Arab, melatari perubahan haluan tujuan wisata dari wisatawan-wisatan Muslim khususnya dari Timur Tengah ke negara-negara di kawasan lain terutama Asia. Hal ini membangkitkan suatu bentuk konsep pariwisata yang bertujuan memenuhi kebutuhan para wisatawan Muslim itu yang lahir dari atribut-atribut agama yang melekat pada mereka. (Geetanjali Ramesh Chandra, 2014)
Segment wisatawan Muslim dapat dipertimbangkan sebagai target tujuan pemasaran pariwisata. Laporan World Travel Market (WTM, 2007) menunjukkan bahwa pariwisata halal atau pariwisata Islam memiliki potensi pasar yang besar. Potensi pasar yang menjanjikan menjadi alasan untuk dijadikan target oleh operator industri pariwisata dan peneliti pasar. (Mohammed Batour dkk, 2010)
Umat Islam merupakan pasar global dengan sekitar 1,8 milyar pelanggan potensial. Mereka juga investor konsumen yang cukup besar jika melihat pengeluaran mereka dalam kegiatan wisata. Sektor pariwisata halal bernilai USD 140 milyar pada tahun 2013 yang mewakili 13 % dari pengeluaran perjalanan global. Angka ini akan tumbuh mencapai USD 192 milyar pada tahun 2020.
Negara-negara ASEAN kini menjadi destinasi wisata yang gandrung dikunjungi wisatawan Muslim dari Timur Tengah. Indonesia merupakan salah satu yang mengalami angka kunjungan pariwisata yang meningkat pesat dari Timur Tengah seperti Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir, dengan tingkat pertumbuhan kunjungan dua digit dari Januari hingga April 2014. Malaysia juga telah meningkatkan kegiatan pemasaran sebagai tujuan utama pariwisata Islam. Di antara negara-negara non-Islam, Filipina juga menunjukkan perkembangan kedatangan wisatawan Muslim dari Timur Tengah. Filipina menyambut sekitar 300 ribu pengunjung dari teluk Arab pada tahun 2013 atau meningkat sekitar 15 % dari tahun 2012. Arab Saudi adalah pasar paling besar diikuti wisatawan dari UEA bagi Filipina. Pada tahun 2013 wisatawan Arab Saudi mencapai 38.968 pengunjung per tahun atau naik 25% setiap tahun, diikuti oleh wisatawan dari UEA sekitar 13.135 pengunjung yang berarti peningkatan pertumbuhan sekitar 15%.
Menurut United Nation World Tourism Organization (UNWTO), diperkirakan pada tahun 2020 akan ada sekitar 69 juta wisatawan dari Timur Tengah yang akan berwisata keluar negeri. Hal ini menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 6,7% selama priode 1995-2020, yang berada di atas global. Angka tersebut juga menunjukkan bahwa wisatawan dari negara-negara teluk Arab menghabiskan USD 20 milyar untuk liburan setiap tahun. Pengeluaran tertinggi dipimpin oleh wisatawan dari Arab Saudi yang memuncaki pengeluaran sebesar USD 8,5 milyar. (Geetanjali Ramesh Chandra, 2014)
Hal ini memperlihatkan bahwa turis Muslim meningkat dari tahun-ketahun, dan diperkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2017. Dengan demikian, ada perkiraan jelas bahw jika negara-negara beradaptasi dengan praktek-praktek Halal dan menyadari populasi masyarakat Muslim, maka kenaikan jumlah wisatawan ke wilayah mereka akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah-daerah tujuan wisata.
Dari angka-angka di atas dapat juga dilihat bahwa potensi wisata halal atau wisata Islam sangat besar bahkan bagi negara-negara non-Islam. Karena itu konsep wisata halal atau wisata Islam diakui dan diterapkan oleh banyak negara termasuk negara-negara Non-Islam seperti Jepang, Thailand, Filipina, Singapore, Bosnia-Herzegovina, Australia, India, Inggris, hingga Afrika Selatan. Dan dapat dibayangkan prospeknya bagi wisata negara-negara Muslim dengan destinasi-destinasi wisata yang indah dan melimpah seperti Indonesia, atau dalam konteks daerah seperti Pulau Lombok.
C.    Langkah Mengembangkan Pariwisata Halal
Berangkat dari pemahaman bahwa wisatawan Muslim bisa dipengaruhi oleh agama dalam pilihan wisata mereka, maka ketentuan-ketentuan agama dalam pelayanan wisata akan sangat mempengaruhi kepuasan dan ketertarikan mereka untuk kembali berkunjung.
Pemasaran destinasi wisata halal memang bukan urusan mudah disebabkan varian antara tuntutan dari wisatawan Barat dan ajaran Islam bagi wisatawan Muslim. Pelayanan bagi wisatawan Barat bagaimanapun juga tidak bisa diabaikan karena mereka juga bagian dari pasar wisata yang besar bahkan bagi pariwisata Lombok. Oleh kerena itu, ada beberapa prasyarat dan langkah yang dibutuhkan untuk menjamin wisata halal berkembang ke arah yang menguntungkan bagi pariwisata Lombok.
1.      Mempersiapkan Atribut-Atribut Agama
Menentukan pelayanan atribut-atribut Islam akan membantu pemasaran destinasi wisata untuk menyesuaikan produk dan layanan yang memuaskan wisatawan-wisatawan Muslim yang dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ada banyak aspek yang merupakan atribut Islam dari destinasi wisata, seperti perhotelan, konsumsi, tempat ibadah, pelayanan kesehatan, hingga ketentuan berpakaian. Sebagai contoh, hotel yang berkonsep halal akan menyokong pertumbuhan kunjungan wisatawan Muslim. Ada banyak contoh mengenai pelayanan hotel yang menyertakan atribut-atribut agama sebagai bentuk pelayanan yang ramah bagi wisatawan Muslim. Misalnya, dengan menyediakan mushaf-mushaf al-Qur’an, perlengkapan ibadah, serta penunjuk arah kiblat di kamar hotel. Pelayanan dasar ini penting artinya bagi wisatawan Muslim karena dalam ajaran Islam memerintahkan mengenai shalat lima waktu dan membaca Qur’an. Bentuk pelayanan yang lain adalah hotel dapat menyampaikan informasi mengenai masjid-masjid terdekat atau restaurant halal. Terlebih jika hotel dapat menunjukkan masjid atau tempat-tempat ibadah yang unik dan bernilai sejarah. Aspek-aspek dasar dari atribut agama tersebut dapat meningkatkan kepuasan tinggi.
Tempat ibadah merupakan salah satu aspek dari atribut agama yang tidak mungkin diabaikan oleh operator pariwisata. Tempat-tempat ibadah dan penunjuk arah mengenai lokasinya harus dipersiapkan secara baik, misalnya oleh pemerintah setempat.
Dalam konteks makanan dan minuman, aspek kehalalan mendapatkan perhatian utama bagi wisatawan Muslim. Makanan dan minuman halal terkait dengan beberapa jenis makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran Islam, seperti daging babi, anjing, atau hewan-hewan yang tidak lumrah dikonsumsi, serta minuman-minuman yang mengandung alkohol dan memabukkan. Di samping itu, ada persyaratan khusus mengenai makanan seperti daging yang boleh dikonsumsi mengenai cara penyembelihan yang telah ditentukan secara jelas dalam hukum Islam. Oleh karena itu, untuk mengatasi ini makanan dan minuman halal bagi wisatawan-wisatawan Muslim harus memiliki standar yang dikeluarkan oleh lembaga resmi.
2.      Membuat Master Plan Wisata Halal
Sampai hari ini, masyarakat belum melihat upaya pemerintah, dalam hal ini pemerintah NTB dalam mengupayakan master plan wisata halal. Master plan sangat besar artinya sebagai ‘penunjuk arah’ dan menjadi jaminan serta menentukan arah pasti bagi tahapan-tahapan pengembangan wisata halal.
Master plan dapat mencakup rencana pengembangan spot-spot tertentu yang dijadikan sebagai pusat wisata halal di Pulau Lombok, bagaimana pengembangan spot-spot tersebut, hingga langkah kerjasama dengan berbagai stakeholder baik pemerintah maupun swasta. Master plan juga dapat memuat ketentuan dan tata cara pelayanan wisata halal, promosi, pembangunan infrastruktur, dan tujuan-tujuan yang ingin diraih selama beberapa waktu ke depan. Pembuatan master plan harus melibatkan berbagai stakeholder yang berkepentingan, seperti pemerintah, pelaku bisnis, akademisi, wisatawan, komunitas, dan konsultan.
3.      Membuat Islamic Tourism Center
Pembuatan lembaga ini telah dilakukan oleh Malaysia untuk menjawab tantangan persaingan bisnis wisata halal. Lembaga ini memiliki fungsi strategis dalam pengembangan wisata halal, terutama sebagai lembaga pengkajian, perencanaan, dan penyusunan konsep pengembangan wisata halal. Lembaga seperti ini akan membantu pemerintah dengan memberikan rekomendasi dengan mendesign konsep wisata halal secara terus-menerus dan memperlihatkan potensi wisata halal yang belum diperhatikan oleh pemerintah. Hal tersebut akan menjadikan wisata halal dapat terus-menerus mengembangkan diri dan berimprovisasi dalam memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim.
Lembaga tink-thank semacam ini juga dapat menjadi penghubung atau pembuka jalan bagi terjalinnya kerjasama, baik antar lembaga pariwisata maupun antar lembaga-lembaga lain dari negara-negara tertentu. Misalnya dalam bidang investasi, promosi, dan pertukaran pengetahuan dan tekonologi, serta berbagai bidang yang lain.
Yang sangat penting dari fungsi lembaga semacam ini adalah sebagai trainer, yakni lembaga yang memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai wisata halal dan pelayanan halal kepada pelaku pariwisata, perhotelan, dan masyarakat wisata. Hal ini penting untuk menjamin keberlangsungan wisata halal serta menjamin kualitas pelayanan terhadap wisatawan Muslim
4.      Melibatkan Komunitas
Partisipasi komunitas dipercaya sebagai salah satu komponen yang menentukan dalam keberlanjutan kegiatan bisnis pariwisata. Pelibatan komunitas berarti memberikan kesempatan bagai masyarakat lokal untuk terlibat sebagai aktor dalam pariwisata, memanfaatkan pengalaman mereka, dan mereduksi potensi konflik dalam manajemen pariwisata.
Dalam konteks pariwisata Lombok dan wisata halal, potensi keterlibatan komunitas dalam kegiatan pariwisata sangat besar, yakni berada pada lembaga pesantren. Di Pulau Lombok, terdapat ribuan pondok pesantren yang dapat diberdayakan sebagai salah satu stakeholder penunjang pariwisata halal. Ada beberapa komponen yang dapat diandalkan dari pondok pesantren, seperti sebagai kunjungan destinasi tersendiri bagi wisatawan-wisatawan Timur Tengah, atau sebagai sumber guide atau pemandu wisata dengan keahlian bahasa Arab. Pengetahuan keagamaan yang mereka pelajari di pesantren dapat menimbulkan rasa ketentraman bagi wisatawan Muslim dari Timur Tengah.
Pondok pesantren dapat juga diberdayakan sebagai sumber pemasok bahan-bahan konsumsi bagi hotel-hotel halal. Kesempatan ini akan berkorelasi positif bagi perkembangan pondok pesantren dan mendukung kelangsungan pendidikan pondok pesantren ke arah yang lebih baik.
Kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada komunitas melalui pemberdayan-pemberdayaan pada dasarnya mengikuti konsep pariwisata yang betopang pada masyarakat, dan sesuai dengan tujuan untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat lokal.


Penutup
Pariwisata halal merupakan pariwisata yang cukup menjanjikan dalam pengembangan pariwisata Lombok. Penghargaan yang didapatkan Lombok sebagai The Best Halal Destination Award dan The Best Halal Destination Honeymoon Award beberapa waktu lalu menjadi langkah penting bagi pengembangan konsep dan target baru wisata Pulau Lombok.
Wisata halal untuk waktu-waktu mendatang juga sangat prospektif, mengingat pergerakan wisatawan-wisatawan Muslim terutama dari Timur Tengah. Untuk mampu tetap bersaing dalam pasar pariwisata, baik untuk pariwisata konvensional terlebih untuk pariwisata halal, maka ada beberapa prasyarat dan langkah yang harus dipenuhi oleh semua stakeholder pariwisata, seperti memenuhi standar halal, menjelajahi atribut-atribut agama Islam, pembuatan master plan, mendirikan lembaga-lembaga pendukung, hingga pelibatan komunitas-komunitas lokal.   

Referensi
Barker, Chris, Cultural Studies: Theory and Practice, Yogyakarta, Bentang, 2005, cet. 1. 
Batour, Mohammde dkk, The Impact of Destination Attributes onMuslim Tourist’s Choice, International Journal Of Tourism Research, Wiley Online Library, 2010
Chandra, Geetanjali Ramesh, Halal Tourism; A New Goldmine For Tourism, Interntional Journal of Bussiness Management & Research (IJBMR), 2014.
Sriprasert, Piangpist, Understanding Behavior and Needs of Halal Tourism in Andaman Gulf of Thailand: A Case of Asian Muslim, Journal of Advanced Management Science Vol. 2, No. 3, September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar