Oleh: Husnul Aqib
A.
Pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu pendulang utama pertumbuhan
perekonomian Pulau Lombok. Kenyataan tersebut wajar saja adanya mengingat anugerah
keindahan alam Pulau Lombok yang sangat memukau. Anugerah tersebut menarik
ketertarikan para pelancong dari berbagai penjuru untuk datang merengkuh
sedikit kenikmatan hidup melalui pelesiran.
Keindahan alam Pulau Lombok terpampang pada pesona lautan, garis
pantai, keindahan bawah laut, pesona pegunungan terutama Gunung Rinjani,
perbukitan, air terjun, sungai, daerah pedesaan, hutan, dan lain sebagainya. Di
samping itu, keindahan alam itu didukung oleh penduduknya yang ramah,
bersahabat, dan terbuka, dengan praktik-praktik tradisi dan adat istiadat yang
unik dan beragam. Gambaran-gambaran tersebut menjadi jaminan bagi para
wisatawan untuk mendapatkan pengalaman berwisata yang menggairahkan serta
menyenangkan.
Pariwisata Lombok memenuhi segala aspek untuk tumbuh menjadi salah
satu destinasi penting dalam bisnis pariwisata. Beberapa waktu yang lalu, Pulau
Lombok mendapatkan penghargaan dalam bidang pariwisata pada ajang World Halal
Travel Award 2015 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dalam ajang tersebut, Lombok
menggondol prestasi prestisius pada dua kategori, yakni The Best Halal
Destination Award 2015 dan The Best Halal Destination Honeymoon Award 2015.
Prestasi tersebut membuka kesempatan besar bagi daerah ini untuk mengembangkan
bisnis pariwisata dengan mengusung konsep pariwisata ramah bagi masyarakat
Muslim, dan kesempatan tersebut membawa peluang besar untuk menjadi destinasi
wisata halal utama di dunia.
Lombok memang sudah selayaknya mengembangkan konsep halal dalam
sektor pariwisatanya, mengingat mayoritas penduduknya beragama Islam. Di sisi
lain, hubungan kebudayaan antara masyarakat Lombok dan negara-negara di dunia
Islam khususnya Timur Tengah sudah terjalin lama melalui pendidikan dan perjalanan
ibadah. Masyarakat Lombok telah lama menjadikan negara-negara Islam di Timur
Tengah sebagai tujuan menuntut ilmu.
Halal tourism atau wisata halal dapat menjadi brand market
yang menjanjikan dalam pengembangan bisnis pariwisata Lombok. Dalam sektor pariwisata,
brand market turut menentukan
pertumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata, karena brand
market dapat menentukan pilihan perjalanan para wisatawan. Brand tersebut
juga akan menjadi pembeda dalam persaingan pasar pariwisata, baik di tingkat
internasional maupun antar daerah. Misalnya, wisata halal akan menjadi kekuatan
dan kelebihan wisata Lombok dalam persaingannya dengan pariwisata Bali.
Pariwisata Lombok akan sulit bersaing dalam menarik kunjungan wisatawan dengan
pariwisata Bali apabila konsep pengembangan pariwisata yang diusungnya berfokus
pada pariwisata konvensional dengan pangsa pasar wisatawan-wisatawan Barat.
Dalam setiap sektor, pariwisata Bali lebih berkembang dibandingkan pariwisata
Lombok dalam bisnis pariwisata konvensional. Oleh karena itu, wisata halal
adalah strategi pasar yang menguntungkan bagi kegiatan bisnis pariwisata
Lombok.
Konsep wisata halal tengah menjadi buah bibir di dunia pariwisata. Meski
demikian, di masyarakat umum varian pariwisata ini belum dipahami secara baik. Misalnya,
istilah tersebut dianggap sebagai hasrat islamisasi segala aspek kehidupan yang
didahului dengan islamisasi perbankang, pengobatan, pakaian, dan saat ini
termasuk pariwisata. Dalam konteks pariwisata, terdapat prasangka bahwa konsep
halal atau islami akan meredupkan geliat bisnis pariwisata. Pariwisata dipahami
sebagai kegiatan bersenang-senang (pleasur activity) yang tidak bisa
dikaitkan dengan aspek keagamaan.
Tulisan ini mencoba menjelaskan mengenai konteks dan situasi
seperti apa yang melatari konsep wisata halal berkembang populer dalam bisnis
pariwisata. Selanjutnya akan dibahas mengenai prospek pariwisata ini bagi
pertumbuhan aktivitas bisnis pariwisata Lombok serta beberapa langkah yang
harus dilakukan stakeholder pariwisata untuk mendukung wisata halal tersebut.
B.
Perkembangan Wisata Dunia dan Prospek Wisata Halal
Arah perkembangan globalisasi dunia berpengaruh besar pada
pertumbuhan dunia wisata. Saat ini, dunia tengah memasuki gelombang ketiga
globalisasi yang ditandai dengan persebaran penduduk-penduduk negara dari
berbagai penjuru ke bagian dunia lain. Perkembangan tersebut dimungkinkan oleh
perkembangan teknologi transportasi yang menciutkan batas-batas spasial. Persebaran-persebaran
penduduk tersebut tidak sebatas dalam arti migrasi, kunjungan kerja, kegiatan
bisnis, serta urusan pendidikan, namun yang juga besar artinya pada kemungkinan
orang-orang dari berbagai penjuru negara untuk mengunjungi belahan dunia lain
untuk berwisata. Oleh karena itu, salah satu karakter dari gelombang ketiga
globalisasi dunia adalah pariwisata. (Crist Barker, 2005)
Kemungkinan-kemungkinan tersebut ditunjang oleh beberapa faktor. Seperti
telah disebutkan di atas, kemajuan transfortasi terutama transportasi
penerbangan tentu saja mempermudah dan mempercepat perpindahan para wisatawan
untuk mengunjungi berbagai destinasi bahkan di daerah-daerah terpencil.
Perubahan-perubahan hubungan antarnegara yang semakin terbuka mendobrak
batasan-batasan negara sehingga melapangkan perpindahan wisatawan dari satu
destinasi ke destinasi yang lain. Hari ini tidak ada ketentuan pembatasan
perjalanan bagi seseorang selama untuk tujuan-tujuan legal ke berbagai belahan
dunia. Kebijakan-kebijakan negara untuk menggat kunjungan wisatawan melalui
promosi besar-besaran dan ketentuan bebas visa untuk beberapa negara membuat
destinasi-destinasi wisata terbuka untuk dikunjungi.
Pencarian-pencarian kesenangan, kesempatan menikmati keindahan,
mencecap kenikmatan di satu belahan dunia tertentu dan mengunjungi
destinasi-destinasi wisata di berbagai tempat terbuka lebar bagi siapa pun. Persaingan
memperebutkan pasar wisatawan dunia akan semakin terbuka di antara
daerah-daerah destinasi pariwisata. Hal ini membawa pengaruh besar pada dunia
wisata yang semakin hari semakin menggeliat sebagai salah satu industri
hiburan.
Salah satu sumber wisatawan atau juga dapat disebut sebagai
investor konsumen dalam industri pariwisata adalah wisatawan Muslim. Mereka adalah
pangsa pasar industry pariwisata yang sangat prospektif, baik secara jumlah kunjungan
maupun jumlah pengeluaran yang mereka belanjakan dalam kegiatan berwisata. Namun,
ada perlakuan berbeda yang dibutuhkan dalam pelayanan terhadap wisatan Muslim. Atribut-atribut
keagamaan yang melekat pada diri mereka, beserta ketentuan-ketentuan agama yang
berpengaruh pada kegiatan wisata mereka menimbulkan suatu tuntutan special dalam
industry pariwisata. Dalam hal ini, muncullah kemudian istilah atau konsep
wisata halal atau dapat pula disebut wisata syari’ah atau wisata Islam yang
didesign khusus untuk memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim. (Piangpist Sriprasert,
2014)
Pariwisata halal adalah produk baru dalam industry pariwisata.
Pasar wisata ini menawarkan prospektif besar dalam bisnis pariwisata. Hal ini mengingat
populasi Muslim tumbuh dan berkembang cepat di seluruh dunia, sehingga terdapat
kebutuhan untuk menggaet para turis dari berbagai sektor, dalam hal ini
wisatawan Muslim.
Tidak ada definisi spesifik tentang wisata halal. Konsep ini
terutama terkait dengan produk wisata yang menyediakan layanan perhotelan yang
sesuai dengan hukum-hukum Islam. Sebagai contoh, pelayanan hotel halal tidak
menawarkan minuman beralkohol, menyediakan makanan halal bersertifikat, fasilitas
kesehatan bagi perempuan, ruang ibadah, dan secara umum lingkungan yang ramah
bagi umat Muslim.
Popularitas wisata halal memiliki kaitan terbalik dengan sisi negatif
pariwisata konvensional. Di antara beberapa isu yang mempunyai dampak negatif bagi
masyarakat Muslim adalah konsumsi alkohol, prostitusi, seks bebas, percintaan
di tempat-tempat umum, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan pantangan
dasar dalam tradisi Islam karena secara tegas dilarang dalam kitab suci al-Qur’an
dan Sunnah Nabi Muhammad.
Wisata halal juga semakin penting artinya dalam menggaet wisatawan
Muslim karena atribut-atribut agama sangat mempengaruhi pilihan tujuan wisata
mereka. Wisatawan-wisatawan Muslim dari teluk Arab terkenal sangat kuat
memegang ketentuan-ketentuan agama. Umat Islam memang dituntut untuk mengikuti
ajaran Islam yang secara langsung dan tidak langsung berdampak pada keputusan
mereka mengenai peluang dan rencana tujuan wisata. Dengan asumsi bahwa agama
mempengaruhi tujuan wisata wisatawan Muslim, maka penting untuk memastikan
bahwa ketentuan-ketentuan Islam dalam pelayanan wisata terpenuhi. Hal ini dapat
memberikan kepuasan wisatawan dan mendorong kunjungan kembali. (Mohammed Batour
dkk, 2010)
Faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan wisata
halal adalah perubahan sosial politik di Amerika Serikat dan Eropa pasca
serangan 11 September. Disebabkan fobia yang diekspresikan dalam
kebijakan-kebijakan pemerintah dan tatapan masyarakat terhadap pendatang yang
beragama Islam terlebih dari bangsa-bangsa Arab, melatari perubahan haluan
tujuan wisata dari wisatawan-wisatan Muslim khususnya dari Timur Tengah ke
negara-negara di kawasan lain terutama Asia. Hal ini membangkitkan suatu bentuk
konsep pariwisata yang bertujuan memenuhi kebutuhan para wisatawan Muslim itu
yang lahir dari atribut-atribut agama yang melekat pada mereka. (Geetanjali
Ramesh Chandra, 2014)
Segment wisatawan Muslim dapat dipertimbangkan sebagai target
tujuan pemasaran pariwisata. Laporan World Travel Market (WTM, 2007) menunjukkan
bahwa pariwisata halal atau pariwisata Islam memiliki potensi pasar yang besar.
Potensi pasar yang menjanjikan menjadi alasan untuk dijadikan target oleh
operator industri pariwisata dan peneliti pasar. (Mohammed Batour dkk, 2010)
Umat Islam merupakan pasar global dengan sekitar 1,8 milyar
pelanggan potensial. Mereka juga investor konsumen yang cukup besar jika
melihat pengeluaran mereka dalam kegiatan wisata. Sektor pariwisata halal
bernilai USD 140 milyar pada tahun 2013 yang mewakili 13 % dari pengeluaran
perjalanan global. Angka ini akan tumbuh mencapai USD 192 milyar pada tahun
2020.
Negara-negara ASEAN kini menjadi destinasi wisata yang gandrung
dikunjungi wisatawan Muslim dari Timur Tengah. Indonesia merupakan salah satu
yang mengalami angka kunjungan pariwisata yang meningkat pesat dari Timur
Tengah seperti Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir, dengan
tingkat pertumbuhan kunjungan dua digit dari Januari hingga April 2014. Malaysia
juga telah meningkatkan kegiatan pemasaran sebagai tujuan utama pariwisata
Islam. Di antara negara-negara non-Islam, Filipina juga menunjukkan
perkembangan kedatangan wisatawan Muslim dari Timur Tengah. Filipina menyambut
sekitar 300 ribu pengunjung dari teluk Arab pada tahun 2013 atau meningkat
sekitar 15 % dari tahun 2012. Arab Saudi adalah pasar paling besar diikuti
wisatawan dari UEA bagi Filipina. Pada tahun 2013 wisatawan Arab Saudi mencapai
38.968 pengunjung per tahun atau naik 25% setiap tahun, diikuti oleh wisatawan
dari UEA sekitar 13.135 pengunjung yang berarti peningkatan pertumbuhan sekitar
15%.
Menurut United Nation World Tourism Organization (UNWTO),
diperkirakan pada tahun 2020 akan ada sekitar 69 juta wisatawan dari Timur
Tengah yang akan berwisata keluar negeri. Hal ini menunjukkan tingkat
pertumbuhan tahunan rata-rata 6,7% selama priode 1995-2020, yang berada di atas
global. Angka tersebut juga menunjukkan bahwa wisatawan dari negara-negara
teluk Arab menghabiskan USD 20 milyar untuk liburan setiap tahun. Pengeluaran tertinggi
dipimpin oleh wisatawan dari Arab Saudi yang memuncaki pengeluaran sebesar USD
8,5 milyar. (Geetanjali Ramesh Chandra, 2014)
Hal ini memperlihatkan bahwa turis Muslim meningkat dari
tahun-ketahun, dan diperkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2017. Dengan
demikian, ada perkiraan jelas bahw jika negara-negara beradaptasi dengan
praktek-praktek Halal dan menyadari populasi masyarakat Muslim, maka kenaikan
jumlah wisatawan ke wilayah mereka akan memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah-daerah tujuan wisata.
Dari angka-angka di atas dapat juga dilihat bahwa potensi wisata
halal atau wisata Islam sangat besar bahkan bagi negara-negara non-Islam. Karena
itu konsep wisata halal atau wisata Islam diakui dan diterapkan oleh banyak
negara termasuk negara-negara Non-Islam seperti Jepang, Thailand, Filipina,
Singapore, Bosnia-Herzegovina, Australia, India, Inggris, hingga Afrika
Selatan. Dan dapat dibayangkan prospeknya bagi wisata negara-negara Muslim
dengan destinasi-destinasi wisata yang indah dan melimpah seperti Indonesia,
atau dalam konteks daerah seperti Pulau Lombok.
C.
Langkah Mengembangkan Pariwisata Halal
Berangkat dari pemahaman bahwa wisatawan Muslim bisa dipengaruhi
oleh agama dalam pilihan wisata mereka, maka ketentuan-ketentuan agama dalam
pelayanan wisata akan sangat mempengaruhi kepuasan dan ketertarikan mereka
untuk kembali berkunjung.
Pemasaran destinasi wisata halal memang bukan urusan mudah
disebabkan varian antara tuntutan dari wisatawan Barat dan ajaran Islam bagi wisatawan
Muslim. Pelayanan bagi wisatawan Barat bagaimanapun juga tidak bisa diabaikan
karena mereka juga bagian dari pasar wisata yang besar bahkan bagi pariwisata
Lombok. Oleh kerena itu, ada beberapa prasyarat dan langkah yang dibutuhkan
untuk menjamin wisata halal berkembang ke arah yang menguntungkan bagi
pariwisata Lombok.
1.
Mempersiapkan
Atribut-Atribut Agama
Menentukan pelayanan atribut-atribut Islam akan membantu pemasaran
destinasi wisata untuk menyesuaikan produk dan layanan yang memuaskan
wisatawan-wisatawan Muslim yang dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ada banyak aspek yang merupakan atribut Islam dari destinasi
wisata, seperti perhotelan, konsumsi, tempat ibadah, pelayanan kesehatan,
hingga ketentuan berpakaian. Sebagai contoh, hotel yang berkonsep halal akan
menyokong pertumbuhan kunjungan wisatawan Muslim. Ada banyak contoh mengenai
pelayanan hotel yang menyertakan atribut-atribut agama sebagai bentuk pelayanan
yang ramah bagi wisatawan Muslim. Misalnya, dengan menyediakan mushaf-mushaf
al-Qur’an, perlengkapan ibadah, serta penunjuk arah kiblat di kamar hotel. Pelayanan
dasar ini penting artinya bagi wisatawan Muslim karena dalam ajaran Islam
memerintahkan mengenai shalat lima waktu dan membaca Qur’an. Bentuk pelayanan
yang lain adalah hotel dapat menyampaikan informasi mengenai masjid-masjid
terdekat atau restaurant halal. Terlebih jika hotel dapat menunjukkan masjid
atau tempat-tempat ibadah yang unik dan bernilai sejarah. Aspek-aspek dasar
dari atribut agama tersebut dapat meningkatkan kepuasan tinggi.
Tempat ibadah merupakan salah satu aspek dari atribut agama yang
tidak mungkin diabaikan oleh operator pariwisata. Tempat-tempat ibadah dan
penunjuk arah mengenai lokasinya harus dipersiapkan secara baik, misalnya oleh
pemerintah setempat.
Dalam konteks makanan dan minuman, aspek kehalalan mendapatkan
perhatian utama bagi wisatawan Muslim. Makanan dan minuman halal terkait dengan
beberapa jenis makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran Islam, seperti
daging babi, anjing, atau hewan-hewan yang tidak lumrah dikonsumsi, serta
minuman-minuman yang mengandung alkohol dan memabukkan. Di samping itu, ada
persyaratan khusus mengenai makanan seperti daging yang boleh dikonsumsi
mengenai cara penyembelihan yang telah ditentukan secara jelas dalam hukum
Islam. Oleh karena itu, untuk mengatasi ini makanan dan minuman halal bagi
wisatawan-wisatawan Muslim harus memiliki standar yang dikeluarkan oleh lembaga
resmi.
2.
Membuat
Master Plan Wisata Halal
Sampai hari ini, masyarakat belum melihat upaya pemerintah, dalam
hal ini pemerintah NTB dalam mengupayakan master plan wisata halal. Master plan
sangat besar artinya sebagai ‘penunjuk arah’ dan menjadi jaminan serta
menentukan arah pasti bagi tahapan-tahapan pengembangan wisata halal.
Master plan dapat mencakup rencana pengembangan spot-spot tertentu
yang dijadikan sebagai pusat wisata halal di Pulau Lombok, bagaimana
pengembangan spot-spot tersebut, hingga langkah kerjasama dengan berbagai
stakeholder baik pemerintah maupun swasta. Master plan juga dapat memuat
ketentuan dan tata cara pelayanan wisata halal, promosi, pembangunan
infrastruktur, dan tujuan-tujuan yang ingin diraih selama beberapa waktu ke
depan. Pembuatan master plan harus melibatkan berbagai stakeholder yang
berkepentingan, seperti pemerintah, pelaku bisnis, akademisi, wisatawan,
komunitas, dan konsultan.
3.
Membuat
Islamic Tourism Center
Pembuatan lembaga ini telah dilakukan oleh Malaysia untuk menjawab
tantangan persaingan bisnis wisata halal. Lembaga ini memiliki fungsi strategis
dalam pengembangan wisata halal, terutama sebagai lembaga pengkajian,
perencanaan, dan penyusunan konsep pengembangan wisata halal. Lembaga seperti
ini akan membantu pemerintah dengan memberikan rekomendasi dengan mendesign
konsep wisata halal secara terus-menerus dan memperlihatkan potensi wisata
halal yang belum diperhatikan oleh pemerintah. Hal tersebut akan menjadikan
wisata halal dapat terus-menerus mengembangkan diri dan berimprovisasi dalam
memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim.
Lembaga tink-thank semacam ini juga dapat menjadi penghubung atau
pembuka jalan bagi terjalinnya kerjasama, baik antar lembaga pariwisata maupun
antar lembaga-lembaga lain dari negara-negara tertentu. Misalnya dalam bidang
investasi, promosi, dan pertukaran pengetahuan dan tekonologi, serta berbagai
bidang yang lain.
Yang sangat penting dari fungsi lembaga semacam ini adalah sebagai
trainer, yakni lembaga yang memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai wisata
halal dan pelayanan halal kepada pelaku pariwisata, perhotelan, dan masyarakat
wisata. Hal ini penting untuk menjamin keberlangsungan wisata halal serta
menjamin kualitas pelayanan terhadap wisatawan Muslim
4.
Melibatkan
Komunitas
Partisipasi komunitas dipercaya sebagai salah satu komponen yang
menentukan dalam keberlanjutan kegiatan bisnis pariwisata. Pelibatan komunitas
berarti memberikan kesempatan bagai masyarakat lokal untuk terlibat sebagai
aktor dalam pariwisata, memanfaatkan pengalaman mereka, dan mereduksi potensi
konflik dalam manajemen pariwisata.
Dalam konteks pariwisata Lombok dan wisata halal, potensi
keterlibatan komunitas dalam kegiatan pariwisata sangat besar, yakni berada
pada lembaga pesantren. Di Pulau Lombok, terdapat ribuan pondok pesantren yang
dapat diberdayakan sebagai salah satu stakeholder penunjang pariwisata halal. Ada
beberapa komponen yang dapat diandalkan dari pondok pesantren, seperti sebagai
kunjungan destinasi tersendiri bagi wisatawan-wisatawan Timur Tengah, atau
sebagai sumber guide atau pemandu wisata dengan keahlian bahasa Arab. Pengetahuan
keagamaan yang mereka pelajari di pesantren dapat menimbulkan rasa ketentraman
bagi wisatawan Muslim dari Timur Tengah.
Pondok pesantren dapat juga diberdayakan sebagai sumber pemasok
bahan-bahan konsumsi bagi hotel-hotel halal. Kesempatan ini akan berkorelasi
positif bagi perkembangan pondok pesantren dan mendukung kelangsungan
pendidikan pondok pesantren ke arah yang lebih baik.
Kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada komunitas melalui
pemberdayan-pemberdayaan pada dasarnya mengikuti konsep pariwisata yang
betopang pada masyarakat, dan sesuai dengan tujuan untuk menumbuhkan
perekonomian masyarakat lokal.
Penutup
Pariwisata halal merupakan pariwisata yang cukup menjanjikan dalam
pengembangan pariwisata Lombok. Penghargaan yang didapatkan Lombok sebagai The
Best Halal Destination Award dan The Best Halal Destination Honeymoon Award
beberapa waktu lalu menjadi langkah penting bagi pengembangan konsep dan target
baru wisata Pulau Lombok.
Wisata halal untuk waktu-waktu mendatang juga sangat prospektif,
mengingat pergerakan wisatawan-wisatawan Muslim terutama dari Timur Tengah. Untuk
mampu tetap bersaing dalam pasar pariwisata, baik untuk pariwisata konvensional
terlebih untuk pariwisata halal, maka ada beberapa prasyarat dan langkah yang
harus dipenuhi oleh semua stakeholder pariwisata, seperti memenuhi standar
halal, menjelajahi atribut-atribut agama Islam, pembuatan master plan,
mendirikan lembaga-lembaga pendukung, hingga pelibatan komunitas-komunitas
lokal.
Referensi
Barker, Chris, Cultural Studies:
Theory and Practice, Yogyakarta, Bentang, 2005, cet. 1.
Batour, Mohammde dkk, The Impact of Destination
Attributes onMuslim Tourist’s Choice, International Journal Of Tourism
Research, Wiley Online Library, 2010
Chandra, Geetanjali Ramesh, Halal Tourism; A
New Goldmine For Tourism, Interntional Journal of Bussiness Management &
Research (IJBMR), 2014.
Sriprasert, Piangpist, Understanding Behavior
and Needs of Halal Tourism in Andaman Gulf of Thailand: A Case of Asian Muslim,
Journal of Advanced Management Science Vol. 2, No. 3, September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar