Dua pasang peri kecil mengarungi lautan lepas
dengan kapal mungil mereka. Mula-mula mereka begitu percaya bahwa lautan dengan
segala rupa kegelapannya bukanlah apa-apa. Tak mungkin, mereka percaya tak
mungkin kapalnya menyerah pada lautan. Kedua peri kecil itu percaya kapal
mereka tak akan karam sebelum perjalanan usai.
Begitulah dua peri tak berpengalaman itu mengarungi
lautan. Mereka terpukau akan keindahan laut yang misterius. Mereka lupa
menyadari bahwa selain keindahaan, lautan juga dipenuhi godaan, ilusi,
fatamorgana, dan tentunya marabahaya yang muncul dari kombinasi sinar matahari
dan kegelapan dasar laut.
Hasrat mereka sudah bulat. Kedua peri itu percaya
laut adalah lautan misteri. Hanya dengan mengarunginya mereka percaya dapat
sedikit mencecap ke dalam misteri itu. Mereka dua pasang peri yang sedang
mabuk. Mereka terlalu mabuk sehingga lupa mengingat bahwa medan pelayaran
mereka adalah misteri. Apa yang akan terjadi selama pelayaran juga misteri. Apa
pun bisa terjadi, siapa pun bisa berubah, keyakinan dapat terhempas, keberanian
terkikis, dan cinta-kasih menjadi asin.
Beberapa waktu pelayaran, kapal mereka mulai
terguncang. Padahal pelayaran mereka belum beranjak terlalu jauh. Ombak yang
belum menggulung-gulung sedikit demi sedikit dan semakin jelas mengikis lambung
kapal. Badai yang tak seberapa merobek layar kapal. Pengarungan semakin berat,
dan benar laut adalah misteri. Apa pun bisa terjadi dan siapa pun bisa berubah.
Laut tak pernah tanggung-tanggung menguji siapa pun yang berani mengarunginya.
Masing-masing dari kedua peri itu kembali
mengingat-ingat. Mereka mulai mengingat-ingat daratan. Mereka mulai membongkar
memori-memori yang tersimpan dalam sebuah diary dari batu kapur.
Celakanya, kedua peri mulai ragu pada
keputusan-keputusan mereka. Mereka meragukan pelayaran mereka. Mereka menyesali
kepercayaan diri mereka, dan menakuti keberanian mereka. Yang terburuk mereka
mulai mengutuk kapal yang mereka tumpangi;
This ship is taking me far away
Far away from the memories of the people
Who care if I live or die
Kutukan, keraguan, dan penyesalan menyebabkan kapal
mereka rapuh. Mereka lupa bahwa kapal itu mereka buat dari kayu yang tumbuh
dari bibit yang mereka tanam. Bibit yang diterbangkan burung tak bernama dari
taman eros.
Kini kapal mereka sedikit demi sedikit mulai
berlubang dan ari laut merembes. Perlayaran mereka akan semakin berat.
Semuanya tergantung.
Kapal mereka bukan sekedar tumpangan, kapal itu adalah komitmen mereka. Mereka
harus mulai merawat kapal mereka jika tak ingin karam di tengah lautan yang
gelap-gulita.