Kira-kira sampai kapan
Tuan Guru Zainul Majdi akan terus Bajang (muda)? Adakah batas usia ketika ia
tidak lagi bisa tetap bajang?
Julukan itu khas
untuknya, sehingga istilah itu tidak dibatasi oleh usia walaupun akan terdengar
aneh di usia 60 tahun apalagi lebih dia masih disebut Tuan Guru Bajang.
Barangkali hanya dia sendiri yang bisa melepaskan julukan itu, untuk diwariskan
atau ditinggalkan begitu saja sehingga sewaktu-waktu ada yang datang
mengklaimnya kembali. Mungkin belum terpikir olehnya saat ini sebab ia masih
membutuhkannya.
Julukan itu memang
bermakna pejorative untuknya. Yang pasti, julukan itu simbol kemasyhuran. Kemasyhurannya
memang lahir dari kemudaannya yang berisi dan inilah alasan julukan tersebut
tersematkan padanya. Karena itu, julukan itu berat seperti kemasyhuran.
Jerry Rubin, seorang
tokoh pemuda gerakan anti-perang Vietnam tahun 1960-an pernah merasakn betapa
beratnya kemasyhuran itu. Rubin pernah menulis “masalah yang timbul dengan
kemasyhuran adalah kita jadi beku dalam satu kerangka. Seorang yang termasyhur
harus mau menukar hidupnya dengan terpeliharanya gambaran dirinya menurut
publik. Ia menghabiskan waktunya berjam-jam mencemaskan image dirinya.”
Salah satu kalimat lain
Rubin yang terkenal, “Aku merasa mati di umur tiga puluh empat.” Kalimat ini
mewakili satu perasaan resah Rubin bahwa ia tidak lagi muda. Imagenya
sebagainya pahlawan, pemberontak, dan radikal mulai menyusut seiring usianya.
Ketika menulis kalimat tersebut, ia sudah kehilangan spontanitasnya,
kemurniannya, dan pemberontakannya, yang terlihat secara sepintas bahwa ia
tidak lagi suka gondrong, rambutnya klimis, serta kumis dan cambangnya bersih.
Di tahun 1972 Rubin
hadir di Miami dalam Konvensi Partai Demokrat. Di sana ia berusaha menggertak
dan mencuri perhatian seperti yang berhasil dilakukannya pada acara yang sama
tahun 1968 di Chicago. Kali ini, Rubin sepertinya gagal mengulangi
keberhasilannya. Waktu itu bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-34. Saat
itu ia tinggal di hotel, bukan lagi di jalan-jalan atau taman kota bersama para
pejuang dan kelompok radikal.
Anak-anak muda yang
lebih radikal datang ke kamar hotelnya dengan membawa kue, bukan untuk
memberinya selamat atau untuk mengajaknya bergabung kembali, tetapi untuk
dilemparkan kemukanya. Di usia 34 tahun, Rubin sudah dianggap pesniun dari
pergerakan, bukan semata-mata karena usia walaupun ia sendiri mengakui bahwa
ini merubahnya menjadi tidak lagi muda. Ia kini menikmati menjadi orang yang
tidak muda lagi dengan hadian kemapanan.
Namun Rubin sendiri
fair. Dia sendiri yang mengajarkan “Jangan percaya kepada siapa pun yang
berumur di atas 30!”. Ia juga sepertinya sudah meramalkan dirinya ketika menyebut
ia merasa mati di usia 34. Sebab, inilah batas ia tidak lagi muda sepenuhnya.
Mungkinkah TGB Zainul
Majdi akan menyebut usia ketika ia tidak lagi muda, seperti Jerry Rubin? Mungkin
anak-anak muda NW yang akan menjawab, “TGB bukanlah Jerry Rubin”. Lagi pula,
anak-anak muda-muda ini bukan mereka yang membawakan kue untuk dilemparkan ke
muka Rubin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar