Rabu, 02 Agustus 2017

Tuang Guru Bajang Zainul Majdi

Kira-kira sampai kapan Tuan Guru Zainul Majdi akan terus Bajang (muda)? Adakah batas usia ketika ia tidak lagi bisa tetap bajang?
Julukan itu khas untuknya, sehingga istilah itu tidak dibatasi oleh usia walaupun akan terdengar aneh di usia 60 tahun apalagi lebih dia masih disebut Tuan Guru Bajang. Barangkali hanya dia sendiri yang bisa melepaskan julukan itu, untuk diwariskan atau ditinggalkan begitu saja sehingga sewaktu-waktu ada yang datang mengklaimnya kembali. Mungkin belum terpikir olehnya saat ini sebab ia masih membutuhkannya.
Julukan itu memang bermakna pejorative untuknya. Yang pasti, julukan itu simbol kemasyhuran. Kemasyhurannya memang lahir dari kemudaannya yang berisi dan inilah alasan julukan tersebut tersematkan padanya. Karena itu, julukan itu berat seperti kemasyhuran.
Jerry Rubin, seorang tokoh pemuda gerakan anti-perang Vietnam tahun 1960-an pernah merasakn betapa beratnya kemasyhuran itu. Rubin pernah menulis “masalah yang timbul dengan kemasyhuran adalah kita jadi beku dalam satu kerangka. Seorang yang termasyhur harus mau menukar hidupnya dengan terpeliharanya gambaran dirinya menurut publik. Ia menghabiskan waktunya berjam-jam mencemaskan image dirinya.”
Salah satu kalimat lain Rubin yang terkenal, “Aku merasa mati di umur tiga puluh empat.” Kalimat ini mewakili satu perasaan resah Rubin bahwa ia tidak lagi muda. Imagenya sebagainya pahlawan, pemberontak, dan radikal mulai menyusut seiring usianya. Ketika menulis kalimat tersebut, ia sudah kehilangan spontanitasnya, kemurniannya, dan pemberontakannya, yang terlihat secara sepintas bahwa ia tidak lagi suka gondrong, rambutnya klimis, serta kumis dan cambangnya bersih.  
Di tahun 1972 Rubin hadir di Miami dalam Konvensi Partai Demokrat. Di sana ia berusaha menggertak dan mencuri perhatian seperti yang berhasil dilakukannya pada acara yang sama tahun 1968 di Chicago. Kali ini, Rubin sepertinya gagal mengulangi keberhasilannya. Waktu itu bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-34. Saat itu ia tinggal di hotel, bukan lagi di jalan-jalan atau taman kota bersama para pejuang dan kelompok radikal.
Anak-anak muda yang lebih radikal datang ke kamar hotelnya dengan membawa kue, bukan untuk memberinya selamat atau untuk mengajaknya bergabung kembali, tetapi untuk dilemparkan kemukanya. Di usia 34 tahun, Rubin sudah dianggap pesniun dari pergerakan, bukan semata-mata karena usia walaupun ia sendiri mengakui bahwa ini merubahnya menjadi tidak lagi muda. Ia kini menikmati menjadi orang yang tidak muda lagi dengan hadian kemapanan.
Namun Rubin sendiri fair. Dia sendiri yang mengajarkan “Jangan percaya kepada siapa pun yang berumur di atas 30!”. Ia juga sepertinya sudah meramalkan dirinya ketika menyebut ia merasa mati di usia 34. Sebab, inilah batas ia tidak lagi muda sepenuhnya.

Mungkinkah TGB Zainul Majdi akan menyebut usia ketika ia tidak lagi muda, seperti Jerry Rubin? Mungkin anak-anak muda NW yang akan menjawab, “TGB bukanlah Jerry Rubin”. Lagi pula, anak-anak muda-muda ini bukan mereka yang membawakan kue untuk dilemparkan ke muka Rubin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar